Selasa, 20 Maret 2012

Membau Marxisme dalam Empat Puisi Afrizal Malna



Oleh : Afif Afandi*
Nilai-nilai Marxisme yang terkandung dalam Puisi Afrizal Malna yang berjudul Ekstase Waktu, Jam Malam, Rumpun Lembu, dan Layang-layang sangat berbeda antar satu dengan yang lainnya. Puisi yang sangat mendandung nilai marxisme adalah Rumpun lembu. Dimana didalamnya terdapat beberapa symbol-simbol yang mengarah kepada Marxisme. Diantara symbol tersebut adalah istilah budak, dan palu-palu. Meskipun kita tidak bias menilai puisi berdasarkan makna permukaan, tetapi makna budak dan palu-pau disini sangat kental dengan marxisme itu sendiri. Selain itu, dikarenakan puisi ini bercerita tentang budak yang sengsara, dimana hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja mejadikan puisi ini begitu kental dengan bau marxisme itu sendiri yang melawan penindasan pada kelas sosial bawah dan menuntut adanya kesamaan.
Selain di puisi  Rumpun Lembu, nilai marxisme terdapat dalam puisi Jam Malam dimana hemat penulis, puisi ini bercerita tentang sosok manusia yang tak mempunyai pekerjaan. Dia hanya memandangi waktu sepanjang hidupnya yang mana diindikasikan hal itu disebabkan oleh hidupnya yang telah ditanggung negara.
Ekstase adalah puncak kesadaran ruhani manusia di atas kesadaran fisik (otak) dan kesadaran jiwa. Saat seseorang bisa mengalami ekstase, di situlah kebenaran ditampakkan dan kondisi pikiran dan jiwa kita terasa “suwung alias kosong” dan kemudian menerima petunjuk langsung dari-Nya. Puisi Ekstase Waktu Afrizal Malna, hemat penulis bukanlah berbau marxis dikarenakan puisi ini berkisahkan tentang pencarian kebenaran. Sementara, esensi marxis bukanlah seperti itu.
Puisi yang berjudul laying-layang merupakan puisi yang bertolak balik dari Marxisme itu sendiri, dimana hemat penulis puisi ini menceritakan tentang tindak-tanduk anak anak yang resah akan keberadaannya. Sampai-sampai ia ingin mencari pengubur tuhan dan memangil tuhan plastik untuk menyatakan cinta.
*) Mahasiswa Mata Kuliah Theory of Literature Kelas A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar